OPINI - Anda pernah lihat atau mendengar HTI mendukung calon kepala daerah atau capres? Pasti tidak pernah. Anda pernah mendengar ada tokoh HTI mendukung seorang calon dalam pemilu? Tidak akan anda temukan. Kenapa? Karena HTI memang tidak berpolitik. HTI gak pernah berurusan dengan pemilu. HTI gak pernah mau terlibat dengan urusan copras-capres. Mereka tegas tidak peduli dengan pemilu. Mungkin sistem pemilu gak cocok dengan ajaran mereka.
Lalu, anda mengkait-kaitkan HTI dengan capres tertentu. Ini kan bodoh. Bahasa lebih vulgarnya goblok. Maaf, goblok itu hak anda. Anda goblok, silahkan. Tapi jangan ajak orang lain ikutan goblok.
HTI sudah dibubarkan pemerintah. Anda masih saja membuat framming capres itu didukung HTI. Anda telah terjebak dalam kesalahan yang semakin fatal. Ini namanya bahlul murakkab.
Bicara saja yang anda tahu. Jangan bicara melampaui pengetahuan anda. Akan kelihatan bodohnya. Boleh jadi kebodohan anda akan mendapatkan tepuk tangan orang-orang di sekitar anda. Mereka apresiasi karena anda dianggap mewakili pilihan politik mereka. Anda dianggap memuaskan kebencian mereka. Sebuah kebencian yang tidak beralasan. Tapi percayalah, setelah pilpres anda akan sadar bahwa anda salah. Anda akan malu sendiri. Itu kalau anda manusia yang punya rasa malu.
Baca juga:
Prematur Pendidikan
|
Sikapi perbedaan politik dengan wajar. Jangan sok jadi pahlawan dengan mengekploitasi tepuk tangan massa untuk mengangkat popularitas. Jika anda dapat tepuk tangan karena menfitnah orang lain, maka anda pada waktunya nanti akan dihinakan oleh tepuk tangan itu.
HTI itu organisasi dakwah. Mereka tidak setuju dengan sistem pemilu. Karena pemilu bukan bagian dari ajaran yang cocok bagi mereka. Mereka pengusung khilafah yang diyakininya akan datang dari langit. Entah bagaimana caranya datangnya khilafah itu, hanya HTI-lah yang tahu. Yang pasti, khilafah tidak datang dari hasil pemilu. Makanya mereka tidak yakin dengan pemilu. Lalu, anda fitnah capres didukung mereka dan akan mengusung khilafah. Dahsyatnya lagi, anda tuduh capres mau mengganti pancasila. Kejam sekali fitnah anda. Anda takut-takuti rakyat agar tidak memilih capres tertentu.
Kalau tuduhan dan fitnah ini disebabkan karena kebodohan anda, itu fatal. Lebih fatal lagi, anda tahu itu salah dan anda terus saja melakukan fitnah. Kejam sekali! Dibuat dari apa sesungguhnya hati anda, bisa sekeras itu.
Logika publik rusak karena hadirnya orang-orang seperti anda yang berupaya melakukan fitnah dengan kemasan-kemasan argumentasi yang seolah-olah logis. Ilmu dan kecerdasan anda hanya dipakai untuk narasi propaganda yang hanya punya keuntungan jangka pendek. Tapi daya rusaknya terhadap logika publik sungguh berjangka panjang dan dahsyat. Sampai kapan anda bekerja untuk ini?
Baca juga:
Gus Yahya dan Harapan Masa Depan NU
|
Dalam agama, apapun agama itu, kampanye negatif dilarang. Apalagi kampanye hitam dengan menebar fitnah yang seolah-olah logis itu.
Anda imajinasikan Indonesia terancam seperti Timur Tengah. Konflik sosial Timur Tengah itu seolah sedang manghantui Indonesia. Dan kata anda, ini diawali dengan gagasan khilafah. Kelihatan sekali anda semakin ngawurnya. Satu pertanyaan: memangnya negara Timur Tengah yang sedang konflik itu penganut khilafah? Bukannya itu perebutan kekuasaan diantara etnis mereka?
Daya khayal anda luar biasa tingginya. Indonesia dan Timur Tengah anda samakan. Padahal, karakter sosiologisnya amat jauh berbeda. Punya sejarah yang gak ada mirip-miripnya. Lalu, anda tarik-tarik dan paksakan seolah itu sama. Anda buat argumentasi yang begitu memukau seolah benar. Luar biasa jalan ketersesatan yang anda terus lakukan.
Jangan kebencian anda pada kelompok membuat anda berpikir buruk terhadap siapapun yang bergaul dengan kelompok itu. Anda tidak suka, malah benci dengan FPI misalnya. Lalu siapapun yang berhubungan dengan FPI anda curigai dan ikut anda benci. Siapapun capres yang "anda duga" akan didukung FPI, lalu anda serang habis-habisan. Baru dugaan saja sudah anda habisi. Anda mengaku penganut pluralisme dan inklusifisme, tapi faktanya anda jauh lebih eksklusif dari mereka. Anda tuduh mereka ekstrem, tapi sikap anda lebih ekstrem dari mereka yang anda tuduh. Anda tuduh orang lain menebar kebencian, tapi sikap anda terbaca sekali sebagai orang yang sedang meluapkan rasa benci.
Lisaanul hal afsahu min lisanil maqal. Orang lihat sikap, bukan ucapan. Anda mengaku-aku usung rahmatan lil alamin, tapi sikap muak dan benci anda terhadap kellompok yang berbeda begitu nampak sekali. Bagaimana anda menjelaskan.
Sudahlah, HTI sudah bubar. Biarlah eks HTI fokus pada keyakinan dan dakwah mereka. Kalau mereka dianggap menghawatirkan, itu urusan aparat. Biarlah aparat, dengan aturan hukum yang berlaku, melakukan tindakan yang diperlukan. Dan ini semua gak ada hubungannya dengan pemilu. Jangan kapitalisasi HTI untuk menyerang capres tertentu. Berhenti menfitnah. Tidak baik untuk negeri ini.
Jakarta, 14 Mei 2023
Penulis : Pemerhati Sosial Politik